Minggu, 18 September 2011

MEMBUKA USAHA

Dikutip dari Majalah Ummi, April 2008
Pak Gozali,
Saya karyawati berusia 35 tahun, sudah menikah dengan dua anak. Saya ingin membuka kios penjualan produk-produk islami, dari buku, vcd, jilbab, hingga souvenir. Namun, karena keterbatasan dana, agaknya saya hanya bisa memulai langkah dengan membuka etalase di halaman rumah.

Saya tinggal di lingkungan ekonomi menengah ke bawah. Rumah saya tidak di tepi jalan raya, tapi gang rumah saya cukup besar sehingga lalu-lalang kendaraan cukup banyak. Di sekitar rumah saya juga banyak terdapat Taman Kanak-Kanak Islam. Di rumah, saya telah membuka usaha isi ulang air minum yang dikelola suami.
Apa saja yang harus saya perhatikan supaya usaha saya ini berkembang? Bagaimana penataan tempat yang baik supaya dengan dana yang terbatas, orang tetap berminat berkunjung?
Terima kasih.
Nyonya Y.

Jawaban:
Sebelumnya saya ucapkan salut atas niat Anda untuk membantu keuangan keluarga dengan ikut membuka usaha. Walau dengan keterbatasan tempat dan modal, tentunya bukan halangan untuk membuka usaha sendiri.
Tempat yang ramai atau di pinggir jalan bukan jaminan usaha akan ikut ramai. Kita harus mempertimbangkan kecocokan antara barang yang kita jual dengan kebutuhan dan selera orang-orang yang lalu lalang di depan rumah. Kalau menurut Anda mereka adalah kalangan ekonomi menengah kebawah, maka tentu harga-harga barang yang dijual pun harus disesuaikan dengan isi kantong mereka.
Dan karena barang yang ingin Anda jual terbatas untuk kalangan tertentu saja, maka pastikan cukup banyak kalangan tersebut di sekitar rumah. Banyaknya TK Islam memang bisa menjadi salah satu cirinya. Namun Anda bisa lebih memastikan lagi dengan melakukan survey kecil-kecilan. Mudah saja, coba tanya konsumen usaha air isi ulang suami Anda, seberapa besar kebutuhan mereka terhadap barang-barang yang ingin Anda jual. Sehingga Anda bisa lebih fokus hanya menjual barang yang permintaannya cukup tinggi saja. Misalnya fokus di buku dan VCD, atau fokus di jilbab dan aksesories.
Mengenai penataan tempatnya tentu saja Anda yang lebih tahu persis bagaimana kondisi rumah Anda, letak dan posisi etalase dan sebagainya. Namun secara umum dapat saya sarankan agar Anda menempatkan barang-barang yang perputaran tinggi dan punya masa kadaluarsa lebih cepat seperti majalah dan kaset di depan, dan barang yang lebih 'awet' seperti buku di belakang. Karena majalah dan kaset sering berganti-ganti dan berwarna-warni maka penempatan di depan akan memberikan kesan barang-barang di toko Anda selalu up to date.
Ada beberapa barang yang seringkali dibeli secara impulsif, yaitu dibeli tanpa rencana tapi karena menarik warna atau bentuknya. Misalnya saja aksesories dan pernak-pernik yang tidak terlalu mahal, atau buku saku yang praktis. Tempatkan benda-benda seperti ini di dekat kasir atau di jalur masuk/keluar agar konsumen 'tergoda' untuk membelinya. Sedangkan yang tidak masuk kategori impulsif dimana pembeliannya lebih terencana, serius atau harganya agak mahal, misalnya saja buku-buku referensi atau kamus bisa ditempatkan lebih di belakang. Karena pembeliannya lebih karena faktor 'niat' maka letaknya kurang strategis pun pasti dicari, atau ditanyakan pada penjaga toko.
Oh ya, bicara mengenai penjaga toko, tentunya ini faktor yang cukup penting untuk diperhatikan. Karena Anda bekerja di luar rumah, maka memutuskan siapa yang akan mengelola toko menjadi hal yang sangat penting diputuskan sebelum memulai. Apakah suami Anda bisa mengelola dua usaha sekaligus? Atau Anda bisa mengendalikan toko dari jakak jauh? Bukan hanya mengenai penjaga tokonya lho, tapi juga siapa yang akan belanja, termasuk memutuskan barang apa saja yang perlu dibeli dan sebagainya. Jangan sampai Anda serahkan sepenuhnya pada karyawan, tapi ia sendiri tidak cukup berani atau tidak cukup jeli dalam melihat kebutuhan pasar.
Kalau suami yang nantinya akan mengelola tokonya, maka pastikan keuangan usaha ini tidak dicampur dengan usaha air minumnya. Uangnya sih boleh saja bercampur, tapi pencatatannya tetap harus dipisah. Karena kita perlu tahu bagaimana jalannya kedua usaha tersebut masing-masing agar bisa melakukan evaluasi. Dan tentunya keuangan pribadi pun tidak boleh bercampur dengan keuangan usaha. Tentunya Anda tidak mau usaha Anda gagal berkembang karena digerogoti oleh pengeluaran pribadi. Atau sebaliknya, usahanya kurang bagus tapi disubsidi terus dari uang gaji Anda.
Dan saran terakhir dari saya. Sebagus apapun Anda menata toko, sebagus apapun Anda menyediakan kebutuhan konsumen, tentu tidak akan ramai konsumen yang belanja jika mereka tidak tahu berbagai kelebihan dari toko Anda. Betul kan?
Oleh karena itu jangan lupa untuk selalu berpromosi alias menyampaikan pada konsumen dan calon konsumen untuk datang dan belanja di toko Anda. Promosi tidak harus dalam bentuk iklan di media masa, tapi bisa juga dengan melalui berbagai macam kegiatan. Bisa dengan kerjasama dengan TK Islam di sekitar rumah, mensponsori kegiatan keislaman di lingkungan, membagikan brosur kepada konsumen usaha air minum suami, dan sebagainya.


Salam.
Ahmad Gozali
Perencana Keuangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar